Nasional

Meta Umumkan telah Menghapus 6,8 Juta Akun Penipuan di WhatsApp

35
×

Meta Umumkan telah Menghapus 6,8 Juta Akun Penipuan di WhatsApp

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

DetikNusantara.co.id – WhatsApp menghapus 6,8 juta akun yang terhubung dengan penipuan global selama paruh pertama tahun ini. Informasi tersebut diumumkan oleh Meta, perusahaan induk WhatsApp.

Sebagian besar akun ini dikaitkan dengan pusat penipuan yang dijalankan sindikat kejahatan terorganisir di Asia Tenggara. Parahnya, operasi tersebut kerap menggunakan tenaga kerja paksa.

Pengumuman ini disampaikan, Rabu (6/8/2035) bersamaan dengan peluncuran fitur baru WhatsApp untuk mengantisipasi penipuan, termasuk peringatan jika pengguna dimasukkan ke dalam grup oleh seseorang yang tidak ada di daftar kontak mereka.

Langkah ini menargetkan modus penipuan yang semakin marak, di mana pelaku membajak akun WhatsApp atau menambahkan pengguna ke grup untuk mempromosikan investasi palsu dan skema penipuan lainnya.

Meta menegaskan, WhatsApp telah bertindak proaktif dengan mendeteksi dan menutup akun sebelum pusat penipuan sempat menggunakannya. Dalam salah satu kasus, WhatsApp bekerja sama dengan Meta dan pengembang ChatGPT, OpenAI, untuk menggagalkan penipuan yang dilakukan sindikat kriminal asal Kamboja. Sindikat ini menawarkan uang bagi yang memberikan “like” pada unggahan media sosial, sebagai bagian dari skema piramida penyewaan skuter palsu.

Pelaku Penipuan Memanfaatkan ChatGPT

Meta juga mengungkapkan bahwa pelaku penipuan memanfaatkan ChatGPT untuk membuat instruksi yang dikirim kepada calon korban. Biasanya, pelaku pertama kali menghubungi target lewat SMS sebelum memindahkan komunikasi ke media sosial atau aplikasi pesan pribadi. Transaksi penipuan umumnya dilakukan melalui platform pembayaran atau mata uang kripto.

“Ada satu ciri khas yang harus menjadi alarm: jika Anda diminta membayar di awal untuk mendapatkan keuntungan atau penghasilan yang dijanjikan, itu pasti penipuan,” tegas Meta.

Pusat-pusat penipuan yang merugikan korban hingga miliaran dolar diketahui beroperasi di negara-negara Asia Tenggara seperti Myanmar, Kamboja, dan Thailand. Tidak jarang, mereka juga merekrut orang dengan janji pekerjaan, lalu memaksa mereka menjalankan aksi penipuan.

Otoritas di kawasan tersebut mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi penipuan dan memanfaatkan fitur keamanan, seperti verifikasi dua langkah di WhatsApp, untuk melindungi akun dari pembajakan. Di Singapura, misalnya, kepolisian mengingatkan warga agar berhati-hati terhadap permintaan mencurigakan yang masuk melalui aplikasi pesan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *