Detiknusantara.co.id – Pemerintah Inggris secara resmi mengakui kedaulatan negara Palestina pada 21 September 2025. Pengakuan ini menempatkan Inggris sejajar dengan lebih dari 150 negara yang telah lebih dulu mengakui Palestina.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan bahwa keputusan ini diambil sebagai respons atas eskalasi perang di Timur Tengah yang semakin mengerikan dan bertujuan menjaga kemungkinan perdamaian dan Solusi Dua Negara tetap hidup.
Pengakuan ini mencerminkan komitmen teguh Inggris terhadap solusi dua negara, yaitu Israel yang aman dan terjamin bersama Negara Palestina yang layak.
Keputusan ini diambil setelah serangan Israel di Jalur Gaza yang menewaskan sedikitnya 65.208 orang, sebagian besar warga sipil.
Starmer juga menekankan bahwa pengakuan Palestina tidak berarti mendukung Hamas, dan bahwa solusi dua negara adalah kebalikan dari visi Hamas yang penuh kebencian.
“Untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi rakyat Palestina dan Israel, serta mewujudkan solusi dua negara, Inggris hari ini secara resmi mengakui Negara Palestina,” kata Keir Starmer melalui platform X, Minggu (21/9/2025).
Langkah ini menempatkan Inggris sejalan dengan lebih dari 140 negara yang sudah terlebih dahulu memberikan pengakuan serupa. Namun, keputusan tersebut diperkirakan akan memicu ketegangan dengan Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Selain Inggris, Kanada dan Australia juga mengumumkan pengakuan terhadap Palestina pada hari yang sama. Sejumlah negara lain diprediksi akan mengikuti langkah tersebut dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan ini.
Tekanan Politik dan Kritik Israel
Keputusan ini muncul setelah pada Juli lalu Inggris memberikan ultimatum kepada Israel: akui gencatan senjata dengan Hamas, izinkan lebih banyak bantuan masuk Gaza, hentikan rencana aneksasi Tepi Barat, serta berkomitmen pada proses perdamaian menuju solusi dua negara.
Namun, menurut Menteri Luar Negeri David Lammy, kondisi di lapangan justru semakin memburuk. Israel disebut tetap melanjutkan pembangunan permukiman serta gagal menghentikan konflik.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan sebelumnya bahwa “tidak akan pernah ada negara Palestina” dan menuduh negara-negara yang mengakui Palestina justru memberi hadiah atas “terorisme Hamas.”
Tanggapan Palestina dan Publik Inggris
Husam Zomlot, Kepala Misi Palestina di London, menyebut keputusan Inggris sebagai pengakuan yang sudah lama ditunggu. “Ini bukan hanya tentang Palestina, tetapi tentang tanggung jawab sejarah Inggris. Ini langkah yang tak bisa diputar balik menuju keadilan dan perdamaian,” ujarnya.