Berita

Aspirasi Panas Peternak di Banyuwangi: Sonny Danaparamita DPR Diminta Lindungi Plasma Nutfah & Tinjau Ulang Impor Kambing

×

Aspirasi Panas Peternak di Banyuwangi: Sonny Danaparamita DPR Diminta Lindungi Plasma Nutfah & Tinjau Ulang Impor Kambing

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

‎Banyuwangi – Anggota DPR RI Sonny T. Danaparamita menghadiri Kontes Kambing Peranakan Etawa yang digelar di halaman Kampus Giri FIKKIA UNAIR (Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam) Universitas Airlangga Banyuwangi, Minggu (30/11/2025).

‎Pada kesempatan tersebut, legislator dari Fraksi PDI Perjuangan itu berdiskusi langsung dengan para peternak seputar dunia peternakan kambing. Hasilnya, Sonny menerima banyak masukan dan saran, termasuk persoalan yang tengah dihadapi para peternak kambing.

‎Ketua Bidang Seni dan Budaya Kambing DPP HPDKI, Andy Geol, menyampaikan setidaknya ada tiga hal penting yang disampaikan para peternak kepada Sonny dan diharapkan dapat dikawal serta ditindaklanjuti. Pertama, peternak menyampaikan bahwa data populasi ternak pemerintah dinilai tidak sinkron dengan fakta di lapangan. Meski data resmi menyebut populasi masih kurang, di lapangan jumlah kambing lokal melimpah. Ironisnya, peternak justru kesulitan menyalurkan produksi daging maupun kambing hidup.

‎Kedua, peternak menilai upgrading genetik tidak harus bergantung pada impor. Seleksi genetik dalam negeri, seperti metode yang diterapkan di balai pembibitan, dianggap lebih efektif dan aman bagi keberlanjutan plasma nutfah. Terakhir, impor dinilai minim pengawasan dan uji pejantan.

‎”Jika ingin impor, uji progenitas wajib dilakukan. Satu pejantan lokal unggul saja bisa mengawini 20 betina dan hasilnya sangat produktif,” jelasnya.

‎Andy menjelaskan bahwa dari tiga hal tersebut, setidaknya ada dua poin utama yang menjadi aspirasi para peternak kepada Sonny untuk disampaikan dan dikawal ke pemerintah. Pertama, regulasi impor perlu ditinjau ulang karena dinilai banyak merugikan produsen lokal. Kedua, plasma nutfah Indonesia harus dilestarikan, sebab kualitas genetik lokal terbukti tidak kalah dibandingkan bibit impor.

‎Mendengar aspirasi tersebut, Sonny yang selama ini dikenal dekat dengan para peternak kambing—menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan evaluasi regulasi pengadaan ternak impor di tingkat nasional.

‎”Saya mengucapkan terima kasih atas informasi dan masukan penting ini. Kita tidak boleh kehilangan genetik lokal sebagai kekayaan bangsa. Saya akan membawa aspirasi ini ke ruang kebijakan agar keberpihakan kepada peternak semakin nyata. Organisasi atau himpunan peternak kambing dan domba di Indonesia juga harus kompak dan solid untuk ikut menjaga dan menyelamatkan sumber genetik lokal,” ujarnya.

‎Politisi kelahiran Banyuwangi ini juga mendorong Indonesia untuk memperkuat riset dan pembibitan sendiri, bukan bergantung pada pasokan ternak asing, salah satunya dengan melibatkan universitas dan kampus dalam mengembangkan riset terhadap kambing lokal di Indonesia.

‎“Para peternak juga berharap perguruan tinggi dengan fakultas peternakan atau kedokteran hewan ikut memperkuat riset, edukasi, serta program pengembangan bibit unggul lokal. Kontes kambing seperti yang digelar di Banyuwangi dinilai dapat menjadi ruang regenerasi ilmu sekaligus memperkuat posisi plasma nutfah Indonesia di masa depan,” pungkasnya. (r1ck)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *