Nasional

Badai di Balik Program MBG, Keracunan Massal Terjadi di Mana-Mana, Ini Data dari BGN dan JPPI

×

Badai di Balik Program MBG, Keracunan Massal Terjadi di Mana-Mana, Ini Data dari BGN dan JPPI

Sebarkan artikel ini
FOTO: AI/Detik Nusantara
Example 468x60

DetikNusantara.co.id – Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat, sejak Januari hingga 22 September 2025, telah terjadi 4.711 kasus keracunan akibat konsumsi menu MBG. Gelombang Keracunan Massal Bayangi Program MBG: Data BGN 4.711 Kasus, JPPI Temukan 6.452 Kasus

Dari jumlah itu, kasus terbanyak ditemukan di wilayah Pulau Jawa.

Rinciannya, Wilayah I mencatat 1.281 kasus, Wilayah II mencapai 2.606 kasus, dan Wilayah III sebanyak 824 kasus.

Sementara itu, data terpisah dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menunjukkan angka yang lebih tinggi.

Hingga 21 September 2025, tercatat ada 6.452 kasus keracunan MBG, dengan lonjakan 1.092 kasus baru hanya dalam sepekan terakhir.

Perbedaan data ini menambah sorotan publik terhadap efektivitas pengawasan serta kualitas pelaksanaan program MBG yang semestinya menjadi andalan pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat.

“Jadi total catatan kami itu ada sekitar 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan,” ujar Kepala BGN Dadan Hindayana dalam konferensi pers di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN), Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

Dalam konferensi pers tersebut, Dadan menyampaikan bahwa kasus keracunan disebabkan sejumlah hal, mulai dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang masih baru, belum terbiasa memasak dalam porsi besar, hingga mengganti supplier bahan baku.

Oleh karenanya, Dadan meminta mitra dapur umum lebih hati-hati. Ia pun menyesalkan kejadian yang masih terjadi, padahal menargetkan nol kasus KLB.

Berikut 4.711 kasus keracunan MBG sejak Januari hingga 22 September 2025 menurut BGN:

Wilayah 1

18 Februari 2025: SPPG Empat Lawang Tebing Tinggi Tanjungkupang Sumatera Selatan. Jumlah korban 8 orang.

5 Mei 2025: SPPG PALI Talang Ubi Handayani Mulya Sumatera Selatan. Jumlah korban 172 orang.

22 Agustus 2025: SPPG Indragiri Hilir Tembilahan Hilir, Riau. Jumlah korban 28 orang.

26 Agustus 2025: SPPG Tulung Pasukan Mataram Baru, Lampung. Jumlah korban 27 orang.

27 Agustus 2025: SPPG Bengkulu Lebong Sakti Lemeu Pit, Bengkulu. Jumlah korban 467 orang.

29 Agustus 2025: SPPG Sukabumi, Lampung. Jumlah korban 503 orang.

2 September 2025: SPPG Menang Raya Pedamanran. Jumlah korban 76 orang.

Wilayah 2

14 Januari 2025, SPPG Indramayu Sindang Kenanga. Jumlah korban, 6 orang.

16 Januari 2025, SPPG Khusus Kab. Sukoharjo. Jumlah korban 40 Orang.

19 Februari 2025, SPPG Pandeglang Menes. Jumlah korban 480 orang.

14 April 2025, SPPG YAYASAN AL IBRIZ, Kab. Batang. Jumlah korban 28 Orang.

21 April 2025, SPPG Limbangansari, Cianjur. Jumlah korban 254 Orang

21 April 2025, SPPG khusus Karanganyar. Jumlah korban 9 Orang

23 April 2025, SPPG Sleman 1. Jumlah korban 31 orang

28 April 2025, Sleman Berbah Sendangtirto. Jumlah korban 30 orang.

30 April 2025, SPPG Coblong, Kota Bandung. Jumlah korban 320 Orang

1 Mei 2025, SPPG Manggungjaya, Tasikmalaya. Jumlah korban 38 Orang

6 Mei 2025 SPPG, Tanah Sareal Sukadamai. Jumlah korban 223 Orang

29 Juli 2025 SPPG Cangkringan, Jumlah korban 38 Orang

31 Juli 2025, SPPG Kuningan Cilimus. Jumlah korban 35 Orang

31 juli 2025 SPPG, Kulon Progo Wates. Jumlah korban 305 Orang

6 Agustus 2025, SPPG Sukabumi Cilodong, Jumlah korban 15 Orang

12 Agustus 2025, SPPG Sragen, Gemolong. Jumlah korban 196 orang.

13 Agustus 2025, SPPG Sleman, Mlati. Jumlah korban 157 Orang

14 Agustus 2025, SPPG Karawang, Malajaya. Jumlah korban 82 Orang

22 Agustus 2025, SPPG Indramayu, Gabuswetan. Jumlah korban 2 Orang

26 Agustus 2025, SPPG Sleman, Berbah, Jogotirto. Jumlah korban 137 Orang

29 Agustus 2025, SPPG Kalibata. Jumlah korban 3 Orang

2 September 2025, SPPG Serang. Jumlah korban 6 Orang

8 September 2025, SPPG Khusus Koja, Jakarta. Jumlah korban 14 Orang

9 September 2025, SPPG Pamekasan, Tlakan. Jumlah korban 8 Orang

11 September, 2025 SPPG Wonogiri, Wonokarto. Jumlah korban 131 Orang

17 September 2025, SPPG Garut, Kadunggora. Jumlah korban 14 Orang

17 September 2025, SPPG Jatis, Lamongan. Jumlah korban 14 Orang

Wilayah 3

13 Januari 2025: SPPG Nunukan Selatan. Jumlah korban 90 orang.

24 Januari 2025: SPPG Kec. Ujung Bulu Caile 2. Jumlah korban 4 orang.

27 Januari 2025: SPPG Pangkajene, Kepulauan Minasatene. Jumlah korban 7 orang.

23 April 2025: SPPG Bombana Rumbia. Jumlah korban 7 orang.

22 Juli 2025: SPPG Kota Kupang, Kelapa Lima Oesapa Barat. Jumlah korban 140 orang.

23 Juli 2025: SPPF Sumba Barat Daya Kota Tambolaka Rada. Jumlah korban 65 orang.

30 Juli 2025: SPPG Manokwari, Manokwari Barat Padarni I. Jumlah korban 6 orang.

28 Agustus 2025: SPPG Kota Palu Palu Selatan Tatura Utara. Jumlah korban 20 orang.

3 September 2025: SPPG Lombok Tengah, Pringgarata Murbaya. Jumlah korban 9 orang.

17 September 2025: SPPG Sumbawa Empang, Bungaeja 2. Jumlah korban 106 orang.

17 September 2025: SPPG Banggai Kepulauan Tingangkung. Jumlah korban 339 orang.

Versi JPPI

JPPI mendesak Presiden Prabowo Subianto segera menghentikan sementara dan mengevaluasi total program MBG.

Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji menegaskan, langkah itu perlu segera diambil menyusul lonjakan kasus keracunan massal yang menimpa ribuan pelajar di berbagai daerah.

“Presiden butuh nunggu korban sampai berapa banyak lagi untuk bisa dievaluasi secara serius? Atau nunggu harus ada nyawa yang melayang? Ini angkanya ribuan, bahkan seminggu terakhir naik seribu lebih,” kata Ubaid, dikutip dari tribun medan.

Berdasarkan data JPPI, per 14 September 2025 tercatat 5.360 kasus keracunan akibat MBG.

Angka itu bertambah 1.092 kasus hanya dalam sepekan sehingga totalnya menembus lebih dari 6.400 kasus pada 21 September.

Menurut Ubaid, lima provinsi dengan kasus terbanyak adalah Jawa Barat sekitar 2.012 kasus, DIY sekitar 1.047 kasus, Jawa Tengah 722 kasus, Bengkulu 539 kasus, dan Sulawesi Tengah 446 kasus.

Peneliti dari Monash University Grace Wangge juga menilai pemerintah perlu segera melakukan moratorium program.

Menurut dia, kasus keracunan yang terus berulang membuat kepercayaan publik terhadap MBG semakin terkikis.

“Dalam jangka pendek, kami berharap pemerintah mau legawa untuk melakukan moratorium. Karena tidak bisa ditunda lagi, ini sudah sembilan bulan,” kata Grace.

Minta Maaf

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mewakili pemerintah dan Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permohonan maaf, atas masih terjadinya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di banyak daerah.

Prasetyo mengatakan, kasus keracunan menu MBG terhadap para siswa tidak pernah diinginkan oleh pemerintah.

“Kami atas namanya pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional, memohon maaf karena telah terjadi kembali beberapa kasus di beberapa daerah,” ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Ia meminta para korban keracunan MBG segera mendapatkan penanganan dan perawatan yang cepat.

Adapun kasus keracunan MBG yang terjadi di berbagai daerah akan menjadi bahan evaluasi pemerintah, BGN, dan pihak terkait lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *