PROBOLINGGO, DetikNusantara.co.id – Kelangkaan beras medium yang terjadi di Kabupaten Probolinggo, beberapa pekan terakhir memantik perhatian masyarakat setempat dan sejumlah pihak, terutama Lembaga Investigasi Negara (LIN) Jawa Timur.
Sekretaris Jenderal DPD Lembaga Investigasi Negara (LIN) Jawa Timur, M. Rizki Imron, menyoroti adanya beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab utama kelangkaan ini.
Berdasarkan hasil investigasinya, Rizki menduga bahwa salah satu penyebabnya adalah penyaluran beras bulog (SPHP) yang tidak maksimal. Banyak agen atau outlet yang kesulitan dalam mengurus izin penebusan, padahal stok beras dari Bulog dan hasil panen petani di Probolinggo sebenarnya surplus.
“Stok beras bulog dan hasil panen gabah petani di kabupaten ini surplus, tapi kenapa beras medium langka?,” ungkap Rizki.
Lebih lanjut, ia menduga adanya penimbunan gabah yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, yang menyebabkan harga beras semakin melambung tinggi. Ia menjelaskan, saat ini gabah cukup sulit didapat dan harganya mahal. Akibatnya, banyak penggilingan padi enggan memproses beras medium karena margin keuntungannya kecil, bahkan cenderung merugi.
Menurut Rizki, program pasar murah yang dilakukan pemerintah tidak akan efektif dalam menekan kelangkaan beras. Ia mendesak pemerintah agar lebih proaktif dengan turun langsung ke lapangan.
“Pemerintah harus sering-sering turun ke lapangan, jangan hanya bekerja di belakang meja. Lakukan sidak langsung ke penggilingan padi untuk memastikan tidak ada penimbunan gabah,” tegasnya.
Selain itu, Rizki juga meminta pemerintah untuk mengawasi kemungkinan adanya oplosan beras Bulog yang dikemas ulang menjadi beras premium, seperti yang terjadi di daerah lain.
“Lihat juga apakah ada oplosan beras Bulog yang dipoles menjadi beras premium, hal ini harus diusut tuntas demi menjaga ketersediaan beras bagi masyarakat,” pungkasnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo, Yahyadi menegaskan, secara umum sebenarnya ketersediaan beras di kabupaten dalam kondisi aman.
Bahkan, per 30 Juni 2025 ada surplus sebanyak 1.430 ton beras dalam neraca ketersediaan pangan.
“Karena itu, saya pastikan masyarakat Kabupaten Probolinggo tidak akan kekurangan beras,” kata Yahyadi.