DetikNusantara.co.id – UNICEF, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak-anak mengungkapkan situasi mengerikan di Gaza, di mana rata-rata 28 anak tewas setiap hari akibat serangan udara Israel yang terus berlangsung serta pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.
“Anak-anak meninggal karena bombardir. Mereka meninggal karena kekurangan gizi dan kelaparan. Mereka meninggal karena tidak adanya bantuan dan layanan penting,” tulis UNICEF melalui akun X (Twitter), Selasa (6/8/2025).
“Di Gaza, rata-rata 28 anak setiap hari – setara dengan satu ruang kelas – terbunuh,” tambah pernyataan tersebut.
UNICEF menegaskan anak-anak di Gaza sangat membutuhkan makanan, air bersih, obat-obatan, serta perlindungan. “Lebih dari apapun, mereka membutuhkan gencatan senjata, SEKARANG,” tegas badan PBB itu.
-
Unggahan UNICEF Sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023, yang dipicu oleh serangan Hamas ke wilayah selatan Israel, sedikitnya 60.933 warga Palestina tewas dan 150.027 lainnya terluka. Tragisnya, rata-rata satu anak meninggal setiap jam akibat perang yang oleh banyak pihak disebut genosida ini.
Al Jazeera melaporkan, dalam 24 jam terakhir, delapan warga Palestina, termasuk seorang anak, dilaporkan meninggal karena kelaparan. Secara total, 188 orang, di antaranya 94 anak, telah meninggal dunia karena kelaparan sejak Israel terus memblokir bantuan dan menyerang warga yang mencoba mendapatkan pasokan makanan.
“Bagi mereka yang selamat, masa kanak-kanak telah digantikan oleh perjuangan harian untuk kebutuhan hidup paling dasar,” kata jurnalis Al Jazeera, Aksel Zaimovic.
Kondisi tersebut diperkuat oleh cerita pilu seperti yang dialami Kadim Khufu Basim, seorang anak Palestina yang terpaksa menanggung nafkah untuk enam anggota keluarganya karena sang ayah sedang dirawat di Mesir akibat luka perang.
“Gaza hari ini adalah kuburan bagi anak-anak dan mimpi mereka,” ujar Ahmad Alhendawi, Direktur Regional LSM Save the Children, kepada Al Jazeera. “Ini adalah mimpi buruk yang tidak berkesudahan bagi setiap anak di Gaza. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa dunia telah meninggalkan mereka.”
Israel diketahui menutup semua jalur perlintasan Gaza sejak 2 Maret lalu, hanya mengizinkan sekitar 86 truk bantuan per hari masuk ke wilayah tersebut—jauh di bawah kebutuhan minimum 600 truk per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, menurut data Kantor Media Pemerintah Gaza. Kondisi ini memicu kelaparan terburuk yang pernah terjadi di kawasan itu.
PBB bersama lebih dari 150 organisasi kemanusiaan menyerukan gencatan senjata permanen guna memastikan bantuan bisa masuk dan memberikan kesempatan pemulihan psikologis bagi apa yang mereka sebut sebagai “generasi yang hilang”.