Categories: Kesehatan

Klaim Perokok: Sisi Terang yang Dianggap Ada di Balik Asap

JAKARTA, DetikNusantara.co.id – Di tengah kampanye kesehatan yang gencar mengenai bahaya merokok, sebagian komunitas perokok justru memiliki pandangan yang berbeda. Mereka mengklaim adanya beberapa dampak positif, atau setidaknya manfaat subjektif, yang mereka rasakan dari kebiasaan merokok.

Salah satu klaim yang sering dilontarkan adalah efek relaksasi dan peredaan stres. Nikotin, zat adiktif utama dalam rokok, memang dikenal dapat memicu pelepasan dopamin di otak, neurotransmitter yang terkait dengan rasa senang dan rileks. Beberapa perokok merasa bahwa sebatang rokok dapat membantu mereka mengatasi tekanan dan kecemasan setelah seharian beraktivitas.

Selain itu, aspek sosial dan ritual juga sering disebut sebagai dampak positif. Merokok seringkali menjadi bagian dari interaksi sosial, terutama di kalangan teman sebaya atau dalam situasi tertentu. Menawarkan atau menerima rokok dapat menjadi jembatan untuk memulai percakapan dan mempererat tali persaudaraan. Bagi sebagian orang, kegiatan menyulut dan menghisap rokok juga menjadi sebuah ritual yang menenangkan.

Beberapa perokok juga meyakini bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus. Mereka merasa nikotin dapat merangsang otak dan membantu mereka berpikir lebih jernih, terutama saat sedang bekerja atau melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian.

Terlepas dari klaim-klaim ini, penting untuk ditekankan bahwa konsensus ilmiah secara luas menunjukkan bahwa merokok memiliki dampak negatif yang jauh lebih besar dan signifikan terhadap kesehatan. Organisasi kesehatan di seluruh dunia telah mengeluarkan peringatan keras mengenai risiko penyakit jantung, kanker paru-paru, penyakit pernapasan kronis, dan berbagai masalah kesehatan serius lainnya akibat merokok.

Klaim mengenai dampak positif ini sering kali bersifat subjektif dan tidak didukung oleh penelitian ilmiah yang kuat. Efek relaksasi yang dirasakan, misalnya, bersifat sementara dan diikuti oleh efek adiktif yang justru dapat meningkatkan stres dan kecemasan dalam jangka panjang. Begitu pula dengan klaim peningkatan konsentrasi, yang lebih mungkin disebabkan oleh efek adiktif nikotin yang menghilangkan gejala putus zat sementara.

Meskipun ada sebagian orang yang merasa mendapatkan manfaat tertentu dari merokok, bukti ilmiah yang kuat dan terpercaya tetap menunjukkan bahwa merokok adalah kebiasaan yang berbahaya dan merugikan kesehatan secara keseluruhan. Masyarakat diimbau untuk lebih mengedepankan informasi yang berbasis bukti dan mengikuti anjuran para ahli kesehatan.

Penting untuk dicatat: Berita ini menyajikan klaim dari sebagian perokok dan tidak bertujuan untuk membenarkan atau mempromosikan kebiasaan merokok. Tujuan utama adalah untuk memberikan gambaran yang lebih luas mengenai berbagai perspektif yang ada di masyarakat.

Redaksi

Share
Published by
Redaksi

Recent Posts

Revisionisme Sejarah : Momentum Menyatukan Suara dan Tekad untuk Kopri

Hari ini, KOPRI PMII kembali dihadapkan pada perdebatan yang telah lama bergulir: kapan sebenarnya Hari…

9 jam ago

Gempa 5,7 SR di Banyuwangi Dirasakan hingga Denpasar Bali dan Nusa Tenggara Barat

BANYUWANGI,DetikNusantara.co.id - Gempa bumi dengan magnitudo 5,7 mengguncang wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Kamis…

10 jam ago

Cegah Kericuhan Massa dengan Aparat, Eksekusi Sengketa Tanah di Probolinggo Ditunda

PROBOLINGGO,DetikNusantara.co.id - Rencana eksekusi sengketa tanah di Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, akhirnya diputuskan…

12 jam ago

Presiden Prabowo Tantang Israel Akui Negara Palestina

JAKARTA,DetikNusantara.co.id - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyerukan agar Israel mengakui kedaulatan negara Palestina. Pernyataan…

14 jam ago

Ada Fitur Terjemahan Baru di WhatsApp Khusus Android dan iOs

DetikNusantara.co.id - WhatsApp telah meluncurkan fitur terjemahan pesan yang memungkinkan pengguna menerjemahkan pesan ke dalam…

16 jam ago

Badai di Balik Program MBG, Keracunan Massal Terjadi di Mana-Mana, Ini Data dari BGN dan JPPI

DetikNusantara.co.id - Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat, sejak Januari hingga 22 September 2025,…

17 jam ago