Hari ini, KOPRI PMII kembali dihadapkan pada perdebatan yang telah lama bergulir: kapan sebenarnya Hari Lahir KOPRI? Sebagian menyebut bahwa KOPRI lahir pada bulan November 1967, sementara dokumen dan kesaksian lain menyebut tanggal 25 September 1967 sebagai momen bersejarah lahirnya Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri.
Perbedaan narasi ini menciptakan simpang siur di tengah kader, bahkan sering kali menimbulkan diskusi panjang di forum-forum formal maupun non-formal. Pertanyaan yang mengemuka kemudian: apakah kita akan terus membiarkan sejarah KOPRI menjadi kabur, ataukah kita menjadikannya momentum untuk melakukan kajian serius dan penyatuan tekad bersama?
Narasi Historis Singkat
Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa embrio lahirnya KOPRI muncul di tahun 1967, ketika PMII mulai menyadari pentingnya ruang kaderisasi khusus perempuan.
• Versi September 1967 merujuk pada beberapa catatan dan kesaksian pendiri bahwa pada tanggal 25 September 1967, di tengah dinamika politik dan sosial pasca 1965, KOPRI dideklarasikan sebagai wadah kaderisasi perempuan PMII.
Tambahan versi terkini : Ini di kuatkan oleh salah satu penulis buku sejarah PMII (Simpul-simpul PMII) sahabat Fauzan Alfas menjelaskan bahwa Salah satu cara untuk validasi Hari Lahir Kopri antara lain: Melacak pelaksanaan Mukernas II PB PMII di Semarang, di bulan apa dan tanggal berapa, Karena lahirnya kopri bersamaan dg pelaksanaan Mukernas PB PMII ke II di Semarang periode Ketum PB PMII Sahabat Zamroni. ini membutuhkan bukti otentik arsip dokumen LPJ atau Dokumen forum di tahun tersebut. “Dasar pendapat saya adalah LPJ PB PMII pada Kongres PMII di Makasar th 1970, dan muskernas PMII 1967 di Semarang”
• Versi November 1967 berkembang karena dalam perjalanan sejarah, terdapat dokumen dan agenda organisasi yang baru menegaskan keberadaan KOPRI pada bulan tersebut, sehingga banyak yang menganggap November sebagai momentum formal kelahiran.
Tambahan versi terkini : Ketua Umum PB kopri Sahabati Wulan Sari mengatakan telah mentracking secara history, dokumen sejarah dari saksi hidup alumni kopri, dengan menemui salah mantan ketua umum kopri PB tahun 1977- 1981 Ibu fadhilah suralaga beliau memvalidasi bahwa kopri didirikannya pada November bukan September.
Dua versi inilah yang hingga hari ini menimbulkan perbedaan tafsir. Namun keduanya sama-sama menegaskan satu hal: bahwa tahun 1967 adalah titik tolak lahirnya KOPRI sebagai organisasi kaderisasi perempuan yang visioner.
Kebingungan ini bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan, melainkan menjadi tugas intelektual kita bersama untuk menelusuri, mengkaji, dan memastikan kebenaran sejarah KOPRI. Apalagi KOPRI bukan sekadar organisasi sayap, melainkan rumah besar kaderisasi perempuan PMII yang telah melahirkan banyak tokoh bangsa. Maka, sejarah kelahirannya haruslah terang, jernih, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kami mengajak seluruh kader KOPRI di seluruh Indonesia untuk:
1. Menyatukan Tekad dan Suara
Sudah saatnya kita bersatu untuk menemukan ujung. Kita harus menyatukan suara untuk memastikan bahwa hari lahir KOPRI ditetapkan secara tegas berdasarkan kesepakatan bersama dan dengan merujuk pada data sejarah yang valid.
2. Menguatkan Kajian Sejarah
Perlu dilakukan kajian mendalam dengan melibatkan pelaku sejarah, pendiri, dokumen-dokumen organisasi, arsip nasional, dan informan terpercaya. Dengan demikian, penentuan hari lahir KOPRI memiliki dasar ilmiah dan bukti yang tak terbantahkan, bukan sekadar cerita turun-temurun.
3. Membawa Isu Ini ke Forum Konstitusional: Muspimnas
Momentum Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) KOPRI adalah ruang yang sah dan konstitusional untuk menyelesaikan persoalan ini. Di forum tersebut, kader KOPRI dari seluruh Indonesia dapat menyatukan persepsi, menimbang bukti sejarah, lalu menetapkan secara resmi hari lahir KOPRI. Keputusan ini akan menjadi pijakan bersama agar tidak ada lagi perdebatan serupa di kemudian hari.
Sejarah adalah cermin identitas. Tanpa kejelasan sejarah, sebuah organisasi akan kesulitan menjaga marwahnya. Dengan menyatukan tekad, menguatkan kajian, dan menetapkan hari lahir secara tegas di Muspimnas nanti, KOPRI bukan hanya menjaga identitas, tetapi juga membangun masa depan yang lebih solid, progresif, dan berdaulat.
Mari kita jadikan simpang siur ini bukan sebagai kelemahan, tetapi sebagai momentum kebangkitan intelektual dan konsolidasi gerakan perempuan PMII.
KOPRI adalah rumah kita bersama. Dan rumah ini akan kokoh jika fondasinya—sejarahnya—dibangun dengan jelas, jujur, dan penuh kesadaran.
BANYUWANGI,DetikNusantara.co.id - Gempa bumi dengan magnitudo 5,7 mengguncang wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Kamis…
PROBOLINGGO,DetikNusantara.co.id - Rencana eksekusi sengketa tanah di Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, akhirnya diputuskan…
JAKARTA,DetikNusantara.co.id - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyerukan agar Israel mengakui kedaulatan negara Palestina. Pernyataan…
DetikNusantara.co.id - WhatsApp telah meluncurkan fitur terjemahan pesan yang memungkinkan pengguna menerjemahkan pesan ke dalam…
DetikNusantara.co.id - Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat, sejak Januari hingga 22 September 2025,…
SAMPANG,Detiknusantara.co.id Empat Penjabat (Pj) Kepala Desa di Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, nekat mangkir dari panggilan…