PROBOLINGGO, DetikNusantara.co.id – Mistari (69), seorang kakek tukang becak warga Desa Karangpranti, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, sudah tiga hari menanggung derita kritis di rumah sakit Waluyo Jati Kraksaan, setelah mengalami kecelakaan pada Kamis (16/10/2025).
Hingga Jum’at malam (17/10/2025), luka serius di kepala dan tubuhnya belum juga tertangani maksimal dan ia belum berhasil dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.
Peristiwa tragis itu terjadi di Jalan Raya Desa Klaseman, Kecamatan Gending. Becak yang dikendarai Mistari, yang kala itu membawa penuh anyaman bambu, bertabrakan dengan sepeda motor Honda Scoopy N 2761 MK.
Benturan keras mengakibatkan Mistari mengalami luka parah, termasuk luka serius di kepala, dan segera dilarikan ke RS Waluyo Jati Kraksaan.
Ironisnya, setelah beberapa jam penanganan awal, pihak medis RS Waluyo Jati merekomendasikan rujukan segera ke RS dr. Soebandi Jember karena tidak sanggup menangani tingkat keparahan luka. Namun, proses rujukan ini terhambat fatal: biaya rujukan dan perawatan lanjutan belum terjamin karena klaim Jasa Raharja masih dalam tahap pengurusan.
Seorang saksi mata yang enggan disebut namanya menceritakan dengan nada getir. “Saya lihat kakek itu jatuh di tengah jalan. Saya langsung bantu bersama warga, lalu kami bawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RS Waluyo Jati. Tapi sampai sekarang, sudah tiga hari, belum ada penanganan maksimal,” ungkapnya.
Saksi tersebut menambahkan bahwa mereka telah berupaya mengurus administrasi dan melaporkan kejadian ke pihak Laka Lantas, dibantu oleh Sanemo, Kepala Desa Pesisir.
“Kami sudah lapor dan diberi surat pengantar untuk Jasa Raharja. Tapi alasannya belum olah TKP, jadi jaminan belum bisa keluar. Padahal kondisi Bapak Mistari sangat kritis. Nyawanya di ujung tanduk,” tambahnya dengan nada khawatir.
Kepala Desa Pesisir, Sanemo, yang aktif mendampingi korban, tak kuasa menyembunyikan kekesalannya. Ia menilai sistem birokrasi yang berbelit-belit telah membuat warga miskin menjadi korban ganda.
“Ini soal kemanusiaan, bukan sekadar administrasi! Jangan biarkan orang tua miskin sekarat hanya karena selembar surat jaminan. Rumah sakit menunggu Jasa Raharja, sementara nyawa korban menunggu waktu,” tegas Sanemo dengan nada geram, menekankan bahwa birokrasi telah gagal hadir di saat paling krusial.
Mistari, yang hidup dalam kondisi serba kekurangan dan masih menanggung keluarga di rumah, kini terbaring lemah di ruang perawatan sederhana. Harapan untuk mendapatkan penanganan medis memadai di Jember tergantung pada kecepatan cairnya jaminan yang terhambat birokrasi.
Kisah Mistari adalah potret getir kegagalan sistem kesehatan dan jaminan sosial. Sudah saatnya pihak terkait Jasa Raharja, rumah sakit, dan pemerintah daerah bergerak cepat dan mengambil kebijakan diskresitanpa menunggu administrasi. Sebab, di balik tumpukan berkas dan cap resmi, ada satu nyawa yang kini sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Jember – Kebanggaan besar datang dari Kabupaten Jember. Dhimas Faisol Akbar, putra daerah yang dikenal…
DetikNusantara.co.id - Perusahaan teknologi multinasional Apple diperkirakan merilis seri ponsel pintar iPhone 20 pada tahun…
DetikNusantara.co.id - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 17…
KOTA SERANG, DetikNusantara.co.id - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Serang, Muji Rohman, mengambil…
PROBOLINGGO, DetikNusantara.co.id - Suasana berbeda terlihat di halaman Mapolres Probolinggo, Kamis (23/10/25) pagi. Ratusan buruh…
DetikNusantara.co.id - Pelatih Timnas Indonesia U-17 Nova Arianto terus mematangkan anak asuhnya lewat pemusatan latihan (TC) di…