Berita

Diduga Lalai, RSUD Sumenep di Bawah Kepemimpinan Baru Telantarkan Pasien Balita

242
×

Diduga Lalai, RSUD Sumenep di Bawah Kepemimpinan Baru Telantarkan Pasien Balita

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

SUMENEP, DetikNusantara.co.id – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Moh. Anwar Sumenep, Jawa Timur, menuai keluhan dari keluarga pasien. Petugas rumah sakit plat merah tersebut dinilai tidak memberikan penanganan yang semestinya kepada pasien. Minggu, 18 Mei 2025.

Adalah Cila, seorang pasien berusia enam tahun, yang menjadi korban dugaan buruknya pelayanan RSUD Moh. Anwar Sumenep. Selain penanganan yang terkesan lamban, Cila yang berada di ruang transit Instalasi Gawat Darurat (IGD) justru ditangani oleh seorang perawat magang, bukan oleh dokter.

Farida, ibu dari Cila, menceritakan kronologi kejadian bermula ketika putrinya dibawa ke IGD RSUD Moh. Anwar Sumenep pada Selasa, 13 Mei 2025, sekitar pukul 22.00 WIB, akibat demam tinggi. Warga Desa Gapura Barat, Kecamatan Gapura ini awalnya bermaksud untuk merawat putrinya di ruang VIP (very important person) kategori umum.

Namun, karena kamar di Graha Rawat Inap Utama (GRIU) RSUD penuh, Cila hanya ditempatkan di ruang rawat inap sementara IGD. Keluarga Cila harus menunggu ketersediaan kamar paviliun hingga 17 jam lamanya. Ironisnya, selama kurun waktu tersebut, tidak ada satu pun dokter yang datang untuk memberikan penanganan medis. Hanya perawat yang terlihat mengganti cairan infus.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, saat masih berada di ruang transit IGD, demam Cila semakin meningkat. Farida kemudian melaporkan kondisi tersebut kepada petugas piket dengan harapan putrinya segera mendapatkan tindakan medis. Namun, alih-alih ditangani, petugas yang berjaga malam itu justru meremehkan keluhan Farida dan menyebut demam tinggi yang dialami Cila sebagai hal yang biasa. Akhirnya, Farida berinisiatif meminta izin untuk mengompres putrinya sendiri.

“Saat itu juga saya meminta suami untuk keluar dan membeli handuk serta air panas untuk mengompres Cila,” ungkap Farida dengan nada kecewa.

Selain masalah tidak adanya dokter yang menangani, Farida juga mengeluhkan kondisi ruang transit IGD yang terasa panas. Akibatnya, pihak keluarga terpaksa membawa kipas angin sendiri dari rumah.

“Kalau hanya menunggu satu atau dua jam, kami masih bisa memaklumi. Tetapi, menunggu hingga 17 jam dengan kondisi panas seperti itu sangat tidak nyaman,” tegasnya.

Farida menambahkan bahwa pengalaman buruk yang dialaminya hanyalah satu contoh dari sekian banyak keluhan terkait pelayanan buruk di RSUD tersebut. Bahkan, pasien umum dengan kategori VIP seperti dirinya pun tidak luput dari perlakuan yang kurang baik. “Kami sudah membayar Rp 2 juta per hari untuk kelas umum, tetapi pelayanannya sangat buruk. Bagaimana dengan pasien yang menggunakan asuransi, mungkin diperlakukan lebih buruk lagi,” ujarnya dengan nada prihatin.

Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Direktur RSUD Moh. Anwar Sumenep, drg. Elya Fardasah, M.Kes., ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, menyatakan keyakinannya bahwa pasien telah ditangani oleh dokter jaga. “..Pasti sudah ada penanganan Mas,” jawabnya singkat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *