SUMENEP, DetikNusantara.co.id – Sekretaris Komunitas Warga Kepulauan (KWK) Sumenep, A. Suudin, menyampaikan kritik pedas terhadap manajemen PT Inti Sakti Makmur, operator Kapal Express Bahari, menyusul insiden tragis dugaan bunuh diri seorang penumpang di perairan Kalianget. KWK mendesak perusahaan untuk segera mengevaluasi secara menyeluruh kinerja operasional kapal, khususnya di wilayah Kalianget.
Usai mengikuti rapat internal di Hotel Java In pada Sabtu (19/04/2025), Suudin, yang akrab disapa Uuk, menilai bahwa insiden tersebut mengindikasikan adanya kelemahan mendasar dalam sistem manajemen Express Bahari.
“Ketidakjelasan identitas korban menimbulkan kecurigaan bahwa yang bersangkutan dapat saja naik kapal tanpa tiket resmi, atau bahkan ada praktik penjualan tiket ilegal. Kami bahkan menduga kuat kapal mengalami kelebihan muatan,” tegas Uuk dengan nada prihatin.
Lebih lanjut, Uuk mendesak PT Inti Sakti Makmur untuk melakukan audit komprehensif terhadap seluruh sistem operasional Kapal Express Bahari. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, KWK juga merekomendasikan agar Kepala Cabang Express Bahari Kalianget, Muhammad Nurullah, segera dibebastugaskan dari jabatannya karena dianggap gagal dalam menjalankan tugas pengawasan dan pengelolaan.
“Dalam rapat tadi, beragam informasi penting kami terima. Kami sepakat untuk mendorong pelaporan kasus ini kepada pihak berwajib dan mendesak pencopotan Saudara Nurullah dari posisinya,” imbuhnya dengan serius.
Seperti yang diberitakan oleh sejumlah media daring pada Jumat (18/04/2025), seorang penumpang Kapal Express Bahari 9C rute Kalianget–Kangean diduga kuat melakukan aksi bunuh diri dengan melompat ke laut di sekitar perairan Takat Noko. Peristiwa nahas ini sontak mengejutkan seluruh penumpang dan awak kapal.
Muhammad Nurullah, Kepala Perwakilan Express Bahari Kalianget, mengonfirmasi terjadinya insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan awal saat proses keberangkatan, korban diketahui bernama AAF. Namun, ketika ditanya lebih lanjut mengenai identitas lengkap korban, termasuk alamat, Nurullah mengaku tidak memiliki informasi detail.
“Nama korban AAF, itu yang kami dapat saat proses boarding. Mengenai alamat dan data lainnya, terus terang saya tidak mengetahuinya,” ujar Irul, sapaan akrab Nurullah.
Keterangan ini memunculkan sejumlah pertanyaan serius, mengingat prosedur pembelian tiket resmi seharusnya mencatat secara lengkap seluruh data penumpang, termasuk alamat dan identitas diri.
Kondisi ini memicu dugaan kuat bahwa Express Bahari mengalami permasalahan sistem pendataan penumpang atau bahkan adanya praktik penjualan tiket di luar prosedur resmi tanpa melalui proses identifikasi yang semestinya.
Saat ini, pihak berwenang masih intensif melakukan pencarian terhadap korban dan melakukan investigasi mendalam guna mengungkap penyebab pasti kejadian serta memastikan validitas data seluruh penumpang kapal.
Reporter: Liamsan